Jumat, 10 Desember 2010

MUNGKINKAH BUDDHA BERASAL DARI AGAMA YANG BENAR, TAPI TELAH MENYIMPANG?

Meskipun hingga titik ini kita telah meneliti ajaran Buddha sebagai bersifat takhayul dan palsu, namun pada saat yang sama kita juga harus mengatakan bahwa di dalamnya ada beberapa dasar-dasar akhlak yang baik. Naskah-naskah ajaran Buddha mengingatkan manusia menentang pencurian, mendorong mereka untuk tolong-menolong satu sama lain dan membersihkan diri mereka dari mementingkan diri sendiri dan ambisi-ambisi duniawi. Seluruh hal ini menunjukkan bahwa ajaran Buddha mungkin dimulai dari agama yang didirikan atas dasar wahyu Allah, namun kemudian terkotori dengan berlalunya waktu.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman pada kita bahwa untuk setiap umat, Dia mengirimkan rasul-rasul untuk menyampaikan peringatan-Nya:

Sesungguhnya Kami mengutus kamu [Muhammad] dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Qur'an, 35: 24)

Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya… 827……(Qur'an, 16: 36)

Di tempat lain dalam Al-Qur'an, Allah menegaskan bahwa, “Tiap-tiap umat mempunyai rasul” (10:47).  Ayat-ayat ini menunjukkan pada kita bahwa Allah pastilah telah mengirimkan seorang rasul pada orang-orang Hindu; dan salah satu dari mereka mungkin adalah Siddhartha Gautama. Ajaran Buddha mirip dengan agama-agama wahyu di salah satu keyakinannya: bahwa sepanjang sejarah nabi-nabi telah datang untuk mewahyukan kebenaran yang sama pada umat manusia, namun setelah mereka, pengikutnya telah melecehkan kebenaran agama ini. Jelas, setelah kematian Gautama, ajarannya mungkin telah kehilangan akarnya dan menjadi menyimpang justru dalam hal, bercampur aduk dengan agama dan budaya negara tempat penyebarannya, dan berbaur dengan beragam mitos dan  takhayul setempat. (Namun, tentu hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.)

Jika memang begitu, tidak diragukan bahwa kisah hidup Siddharta Gautama akan sangat berbeda dengan cerita-cerita mitos tentangnya yang kita kenal saat ini. Ada versi bertolak belakang tentang kisah hidupnya: sebuah tanda yang jelas bahwa kenyataan sesungguhnya mungkin sangat berbeda dengan “sejarah” yang sekarang kita kenal. Beberapa ajaran akhlak dasar sesungguhnya yang disampaikan ajaran Buddha pada kita percaya bahwa agama ini mungkin telah berkembang dari sebuah agama yang aslinya percaya pada satu Tuhan. Cendekiawan Barat JM Robertson menerangkan keimanan pemeluk Buddha pada “rantai nabi-nabi.”

[Ajaran Buddha] tidaklah menyatakan diri sebagai ajaran baru. Tradisi yang ada mengatakan bahwa ajaran ini telah disebarluaskan jauh sebelumnya, bahwa Gautama dengan begitu hanyalah salah satu dari daftar panjang para Buddha yang muncul dalam jangka waktu itu yang seluruhnya mengajarkan ajaran yang sama. Nama-nama dua puluh empat orang Buddha yang muncul sebelum Gautama telah tercatat… Diyakini bahwa setelah kematian setiap Buddha itu, agamanya berkembang pada suatu kali dan kemudian memudar. Setelah terlupakan, Buddha yang baru muncul dan mengajarkan Dharma, atau kebenaran yang hilang.14

Semua ini mendukung bahwa ajaran Buddha bisa jadi salah satu keyakinan yang menyimpang, yang telah terkotori yang kemudian mundur ketika datangnya nabi-nabi. Di pihak lain, ajaran-ajaran Buddha adalah suatu bentuk konservatif yang mengingatkan kita tentang penyimpangan turun temurun yang dapat terjadi selama kemunduran agama sejati.

Dalam Al-Qur'an, Allah mengatakan bahwa umat Nasrani dan Yahudi telah jatuh pada perangkap yang sama dan telah menyembunyikan agama mereka dengan tambahan-pengurangan serta larangan yang tak bermanfaat. Misalnya, gagasan keliru ajaran Buddha tentang menyingkir dari dunia dan membiarkan diri menderita juga muncul dalam ajaran Kristen ketika mengalami kemunduran selama bertahun-tahun. Allah memfirmankan kekeliruan ini dalam Al-Qur'an (57:27):

Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (Al-Qur'an, 57:27)

Ajaran Buddha bisa saja tadinya agama yang benar yang telah runtuh setelah perkembangan kependetaan. Ajaran ini pastilah telah mundur jauh lebih buruk dibanding Yahudi atau Kristen. Meskipun demikian, banyak pula ajaran kedua agama ini yang telah menyimpang dengan berlalunya waktu, meski mereka masih mengabdi pada wahyu Allah dan beriman kepada-Nya. Meskipun intisari ajaran Buddha sebenarnya datang dari sumber yang benar, agama ini telah sepenuhnya meninggalkan intisarinya itu dan dipermak dalam upacara-upacara takhayul, dengan hanya sedikit dasar-dasar akhlak yang benar yang tertinggal.

Ajaran Buddha mirip dengan keyakinan satu Tuhan Yahudi, Kristen, dan Islam dalam bentuk lain: ajaran ini juga meyakini adanya Hari Kiamat dan adanya seorang penebus umat manusia: Bagi Yahudi dan Kristen dia adalah al-Masih, sedangkan bagi umat Islam dia adalah Imam Mahdi.

Hari Kiamat adalah masa yang segera mengikuti Akhir Zaman. Baik Al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW berisikan sejumlah petunjuk bahwa pada Akhir Zaman, akhlak Islam akan tersebar di seluruh dunia. Al-Qur'an berkata bahwa Isa AS tidaklah wafat, bahwa ia tidaklah terbunuh melainkan diangkat ke sisi Allah ketika ia masih hidup, dan bahwa ia akan datang kembali ke dunia. Nabi Muhammad SAW juga mengumumkan kabar gembira bahwa Isa akan diutus ke dunia lagi, dan pada Akhir Zaman ketika ia berada di sini, dunia akan penuh dengan kedamaian, keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran. Perkataan Nabi mengungkapkan bahwa Imam Mahdi akan membantu Isa dalam tugas sucinya. (Untuk perincian lebih lanjut, silakan lihat Harun Yahya, Jesus Will Return, Ta-Ha Publishers, London, 2001.)

Dalam hadits Nabi, Akhir Zaman terbagi dalam dua masa berbeda. Di masa pertama, Allah akan diingkari terang-terangan; jumlah orang yang hidup sesuai nilai-nilai agama cuma sedikit; biaya hidup dan tekanan jiwa karena harta benda akan besar. Akan ada kelaparan. Manusia akan menderita bencana alam; ketidakadilan akan tersebar luas, perang dan pertikaian akan meningkat, dan sikap tak kenal kasihan serta kekejaman akan lebih mengemuka dibanding cinta, kasih, dan sayang. Sesudah itu, umat manusia akan diselamatkan dari filsafat tak mengenal Tuhan dan anti agama yang merupakan sumber sesungguhnya dari seluruh kebengisan mereka dan kembali pada nilai-nilai agama. Hasilnya, pertikaian, ketidakadilan, dan kekejaman akan berakhir. Sebagai ganti kecemasan dan tekanan, umat manusia akan hidup dalam kebahagiaan, kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan. Seluruh dunia akan dipenuhi kekayaan dan kemakmuran.

Dalam Islam, juga dalam Yahudi dan Kristen, ada kepercayaan pada Imam Mahdi, al-Masih, dan Akhirul Zaman. Alkitab, yang terdiri dari Perjanjian Lama (Taurat dan tulisan Isa lainnya) serta Perjanjian Baru (empat Injil dan kitab-kitab serta tulisan-tulisan lainnya) menawarkan beberapa gambaran tentang akhir zaman. Kitab-kitab Injil khususnya berhubungan dengan datangnya Isa AS dan menunjukkan kesesuaian penting dengan apa yang dituliskan dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi SAW.

Meskipun nama Isa tidak ada dalam Perjanjian Lama, tentu saja Alkitab berbahasa Ibrani telah menyebut kata al-Masih itu sebagai penyelamat dari keturunan Daud AS. Dan di beberapa tempat dalam Perjanjian Lama ada keterangan tentang apa yang akan terjadi pada Akhir Zaman. Al-Masih, yang kedatangannya telah dijanjikan dan perkataannya disebutkan dalam Perjanjian Lama, adalah, seperti disebutkan pula dalam Al-Qur'an, Isa AS. Terlepas dari sebutan “al-Masih,” orang ini disebut pula dengan penggambaran lain semisal “raja,” “penguasa,” dan “yang paling suci.”15

Perjanjian Lama membicarakan kedatangan al-Masih, dan banyak disebutkan tentang kerajaan yang akan didirikannya di bumi. Beberapa hal penting yang disebutkan tentang dirinya adalah bahwa ia lebih besar dari bangsa-bangsa di bawah kekuasaannya, bahwa ia adalah keturunan Daud AS dan bahwa ia mirip dengan leluhurnya, Daud (yang pada masanya mendirikan kekuasaannya di mana pun yang ia inginkan). Beberapa naskah yang berkesesuaian dari Perjanjian Lama adalah sebagai berikut:

Orang yang berbantah dengan Tuhan akan dihancurkan; atas mereka Ia mengguntur di langit. Tuhan mengadili bumi sampai ke ujung-ujungnya; Ia memberi kekuatan kepada raja yang diangkat-Nya dan meninggikan tanduk kekuatan orang yang diurapi-Nya.'' . (1 Samuel 2: 10)

Tetapi pada zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasaan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain: kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya. (Daniel 2: 44)

Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya. Beginilah firman Allah, Tuhan, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya: ''Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. (Yesaya 42:1-7)

Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.  Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. (Yesaya 11:4-5)

Perjanjian Baru memberi informasi lebih banyak tentang kedatangan kedua kalinya Isa ke dunia:

Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. (Yohanes 14:2-3)

Dan berkata kepada mereka: ''Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.'' (Kisah Rasul-rasul 1:11)

Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. (Matius 24: 26-27)

Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu: Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin. (1 Timotius 6: 13-16)
Kerajaan yang akan datang dan terwujud dengan kedatangan kedua Isa akan menjadi masa keadilan, kemakmuran, dan akhlak yang tinggi:

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. (Matius 5:5)
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. (Matius 6:9-10)

Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.  Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.'' (Lukas 13: 28-30)

Seperti telah kita sebutkan sebelumnya, ajaran Buddha juga telah meramalkan dan mengharapkan adanya al-Masih penyelamat. Buddha berkata bahwa 1000 tahun setelahnya, sang Metteya (atau Maitreya) akan datang dan membawa kasih sayang Tuhan ke seluruh jagad raya; dan dengan kedatangannya ini, agama akan mencapai kesempurnaan. Berikut ini adalah beberapa contoh tentang harapan ini dari tulisan pemeluk Buddha dari dua negara berbeda. Pertama Birma/Myanmar:

Buddha berkata: “Lingkaran kami adalah lingkaran bahagia, tiga pemimpin telah hidup… Buddha yang mulia adalah diriku, tapi setelahku, Maitriya datang. Sewaktu lingkaran bahagia ini masih berlangsung, sebelum dongeng tahun demi tahun akan berlalu. Buddha ini, yang bernama Metteya, akan menjadi raja agung seluruh manusia.”16

Sekarang, dari Sri Lanka:

Aku bukanlah Buddha pertama [yang bangkit] yang datang ke bumi, dan bukan pula yang terakhir. Pada saatnya tiba, Buddha lain akan muncul di dunia, Yang Suci, yang mulia lagi tercerahkan, yang diberkati dengan kebijaksanaan meyakinkan memeluk jagad raya, pemimpin manusia yang tak terbandingkan… Dia akan mewahyukan padamu kebenaran abadi yang sama, yang telah aku ajarkan kepadamu. Dia akan membangun hukum [agama]nya. Dia akan mengumumkan kehidupan yang benar sepenuhnya sempurna dan murni, seperti yang sekarang aku umumkan. Pengikutnya akan berjumlah ribuan, sedang pengikutku cuma ratusan. Ia akan dikenal sebagai Maitreya.17

1 komentar:

  1. Buddhisme itu makin hebat saja, semakin banyak orang yang mencoba menyoroti dan mengulas habis ajaran Buddha, tanpa mencoba melebur (masuk) didalamnya.

    Cendekiawan Barat JM Robertson menerangkan keimanan pemeluk Buddha pada “rantai nabi-nabi.”
    Saya:
    ini upaya me-kronologi-kan dan mengkait-kaitkan Buddha sebagai seorang utusan tuhan. Padahal jelas sekali, Buddha menolak eksistensi Tuhan dan menolak sebagai suatu utusan.

    Mohon maaf, kiranya pahami dulu konsep Buddhist dengan utuh maka engkau akan tahu perbedaannya.

    Sekali lagi, tolong Islam jangan melakukan Fitnah kepada Buddhisme.

    Coba pikirkan kalimat saya berikut ini:
    "Para umat Buddha tidak mencoba meluruskan Agama Orang lain, maka itu Tidak diketemukan tulisan mengenai Islam dari kacamata seorang Buddhist" mengapa? karena Buddhist tahu, hal itu dapat menimbulkan Fitnah.

    Sebaliknya, banyak tulisan orang Islam yang telah memfitnah Buddhisme dengan dalih pelurusan yang berdasarkan pembenaran sepihak.

    oleh karena itu, semakin saya mempelajari Buddhisme semakin saya mencoba untuk menghargai Agama Orang lain, dan mencoba untuk menghindari Fitnah.

    BalasHapus