JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi LIPI Mego Pinandito mengungkapkan, standardisasi waktu dunia sangat diperlukan. Manfaatnya, untuk menyamaratakan persepsi waktu masyarakat dunia yang berpengaruh pada kegiatan ekonomi, penerbangan, dan telekomunikasi.
"Jelas standardisasi waktu ini sangat penting. Kalau misalnya pesawat A pakai waktu A dan pesawat B pakai waktu B, ini kan kacau. Bisa-bisa terjadi kecelakaan," ujarnya, Senin (16/8/2010) saat dihubungi Kompas.com.
Ia melanjutkan, selain di bidang penerbangan, standardisasi waktu juga berguna di bidang komunikasi dan perekonomian. "Bisa saja karena patokannya tiap negara beda-beda, konsumen nantinya yang akan dirugikan. Semua bidang pasti akan terpengaruh," ujar Mego.
Menurut Mego, dalam menetapkan waktu, seperti yang terjadi di Indonesia, patokannya ada pada garis bujur yang ditarik dari kota Greenwich dan jam atom negara-negara di dunia. "Minimal kita ada dua jam atom di masing-masing negara. Di sini, kita (LIPI) ada alat yang mampu mengomparasi waktu dengan negara-negara lain," ujarnya.
Komparasi dilakukan dengan melihat apakah frekuensi getaran stabil atau tidak. Kestabilan frekuensi getar akan memengaruhi petunjuk waktu di Indonesia. "Jadi, penetapan garis bujur nol derajat di Greenwich dan frekuensi getaran inilah yang berpengaruh dalam penetapan waktu di Indonesia," papar Mego.
Terkait wacana pembuatan Mekkah Mean Time (MMT), apakah perubahan patokan waktu dunia saat ini diperlukan? "Kalau masalah patokan waktu itu memang tidak ada standarnya. Tapi enggak mudah juga. Asal disepakati semua negara, baru bisa jalan," Mego menjelaskan.
Seperti dikabarkan, belum lama ini muncul wacana pembuatan MMT untuk menggantikan Greenwich Mean Time (GMT) yang sudah ditetapkan sejak tahun 1884. Pemerintahan Arab Saudi mengklaim kota Mekkah sebagai episentrum dunia dan tidak memiliki kekuatan magnet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar