- Oleh Dwi Pudjonarko ’’Onang’’
Terlepas dari mitologi itu, kedutan merupakan pertanda terjadi sesuatu di dalam tubuh kita. Secara medis, kedutan (fasciculations) didefinisikan sebagai kontraksi spontan sekelompok serabut otot yang dipersarafi satu motor unit.
Otot dalam pengertian awam sering dipahami sebagai daging. Sedangkan motor unit terdiri atas serabut-serabut otot yang dilengkapi dengan saraf motorik.
Kedutan terlihat sebagai desiran-desiran gerak otot di bawah kulit.
Kelelahan, flu, penggunaan obat-obatan, dan gangguan metabolik dapat memunculkan gerakan-gerakan serupa. Bentuk lain desiran-desiran otot ini adalah familial dan berhubungan dengan myopati (kelainan pada otot) tipe nonspesifik. Jadi kedutan adalah manifestasi dari berbagai faktor penyebab.
Benign fasciculations, atau kedutan yang jinak, adalah keadaan umum yang ditemukan pada orang-orang normal. Kedutan ini tidak membahayakan, jika tidak diikuti kelemahan dan atrofi otot. Kelemahan otot ditunjukkan dengan berkurangnya kemampuan otot dalam melawan tahanan.
Sedangkan atrofi adalah berkurangnya massa otot daerah tertentu (bisa diketahui dengan pengukuran atau membandingkannya dengan sisi tubuh berlawanan yang simetris).
Gerakan kedut berulang pada kelopak mata dan otot-otot jempol sering dialami orang-orang normal. Kedutan di kelopak mata sering dialami pada keadaan kelelahan, terlalu banyak mengkonsumsi kafein, dan ketegangan mata (misalnya terlalu lama membaca).
Gerakan-gerakan berkas otot saat istirahat, bila cukup jelas dan disertai kelemahan otot serta atrofi, biasanya merupakan tanda penyakit motor neuron. Misalnya amyotrophic lateral sclerosis (ALS), progressive muscular atrophy, atau progressive bulbar palsy.
Tetapi dapat pula dijumpai pada penyakit lain yang melibatkan substansia grisea medula spinalis (seperti syringomyelia atau tumor), kerusakan pada kornu anterior atau radiks spinalis (akibat penekanan karena hernia nukleus pulposus) dan neuropati saraf perifer.
Dehidrasi Berat Kedutan yang menyebar luas kemungkinan dapat terjadi pada dehidrasi berat dan ketidakseimbangan elektrolit (misalnya keracunan organofosfat). Kedutan yang lambat, terus-menerus, bergerak seperti gelombang di sepanjang berkas otot, dan berhubungan dengan penurunan kecepatan kontraksi dan relaksasi otot, adalah bagian dari sindrom aktivitas muskuler kontinyu.
Pada keadaan jepitan akar saraf di tulang belakang, kedutan hanya terjadi pada distribusi otot yang terjepit akar sarafnya. Kedutan yang terjadi saat otot berkontraksi, sebagai kebalikan dari kedutan saat istirahat, menunjukkan iritabilitas otot yang dipertinggi.
Hal ini dapat terjadi pada berbagai sebab yang sulit dibedakan, atau sebagai gejala sisa denervasi (berkurangnya pengelolaan saraf) yang menyebabkan beberapa motor unit otot mengalami kelemahan. Sehingga saat otot berkontraksi, beberapa berkas tak dapat kontraksi bersamaan yang memunculkan manifestasi kedut.
Untuk mengetahui penyebab kedutan bisa digunakan alat bantu diagnostik bernama elektro myografi (EMG). Alat ini bisa mendeteksi fibrilasi, yaitu adanya aktivitas abnormal serabut otot tunggal yang yang tidak mungkin dilihat dengan mata telanjang.
Apabila beberapa serabut tunggal berkontraksi bersama-sama dalam sekelompok berkas otot, muncullah kedutan yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Jadi, jauh sebelum muncul kedutan, alat ini sudah dapat mendeteksi aktivitas abnormal sebuah serabut otot.
Jika dilengkapi dengan perhitungan kecepatan hantaran saraf, EMG dapat menduga lokasi saraf yang mengalami kelainan. Jadi cara kerja alat ini bisa dikatakan mirip AVO meter / multitester yang digunakan tukang listrik untuk mencari lokasi putusnya kabel listrik.
Untuk menegakkan diagnosis pasti penyebabnya, diperlukan penunjang diagnostik lain yang disesuaikan dengan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dokter saraf Anda.
Nah, apakah Anda pernah mengalami kedutan? Mungkin sekarang Anda telah paham, kapan saatnya membuka primbon mengenai makna kedutan, atau harus ke dokter saraf untuk mengetahui penyebab kedut yang lebih serius. Sebab kedut bisa juga menunjukkan tanda adanya masalah di saraf-saraf Anda. (32)
—Dokter Dwi Pudjonarko ’’Onang’’ MKes SpS, spesialis saraf, dosen di Bag/SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Undip / RSUP Dr Kariadi Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar