Jumat, 03 Desember 2010

Surat Dari Pemuda Somalia Kepada Pemuda Yang Duduk-Duduk


Segala puji milik Allah, sholawat dan salam keatas penghulu para Nabi dan Rosul, Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh sahabat beliau. Amma Ba’d :Allah berfirman : “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun”(At Taubah : 39).

Ini adalah surat yang kami kirim dari Asy Syababul Mujahidin (para pemuda mujahidin) kepada saudara kami para pemuda ‘Al Qoidun’ (yang duduk-duduk) yang mencintai jihad akan tetapi terhalang oleh udzur bagi diri mereka. Terkadang jiwanya membisikinya agar menyelesaikan kuliah baru kemudian berangkat berjihad. Terkadang jiwanya mengatakan aku menikah terlebih dahulu baru kemudian aku pergi berjihad. Dia mencari-cari suatu pekerjaan lalu kemudian membangun sebuah rumah dan kemudian menikah. Atau dia menanti-nantikan sebuah pesawat yang dikirimkan mujahidin khusus untuk mengangkutnya dari rumah langsung menuju Kandahar atau Baghdad atau Dagestan atau Mogadhisu..

Tidak! dan ini tidak akan pernah terjadi!

Sesungguhnya, semenjak tahun-tahun yang telah lalu, sedikit sekali dari umat ini yang memahami problematika umat dan perang salib yang diumumkan dengan gamblang dalam setiap kesempatan. Dan sekarang, setelah peperangan melawan salibis diumumkan oleh mujahidin di setiap tempat, dan terjadilah bencana yang menimpa Amerika dan sekutunya, lalu kekuatannya menjadi lemah dan mulai goyah yang sebentar lagi akan tumbang – dengan izin Allah. Para pemuda mulai beranjak menuju problem tersebut dan setelah jelas bagi mereka berbagai klaim ulama-ulama suu’ dan para penjual dien, dan setelah tersingkap konspirasi pemerintahan mereka dan lenyapnya berbagai syubhat mukhodzdziliin (para penggembos), para pemuda muwahhid dari berbagai tempat mulai menyambut penyeru jihad.

Lalu muncullah, dengan sangat disayangkan, perkumpulan-perkumpulan pemuda yang tak terhitung yang mencintai jihad akan tetapi mereka menjadikan diri mereka hanya sekedar pencinta jihad atau dengan istilah yang lebih jelas “Jamahir” yang memberi tepuk tangan bagi mujahidin dan hanya menantikan berbagai aksi berani mereka melawan Amerika dan antek-anteknya dengan penuh takjub. Hati mereka tidak tergerak untuk menolong mustadh’afin (orang-orang lemah) atau ikut bergabung dengan mujahidin dan syuhada’, akan tetapi hanya mencukupkan diri dengan mengikuti perkembangan berita mujahidin dan memekikkan takbir seusai menyaksikan sebuah operasi mujahidin.

Sebagian mereka membanggakan diri bahwa mereka memiliki banyak koleksi film-film mujahidin, di mana mereka merasakan kecapaian saat mengumpulkannya dari internet. Sebagian lagi menisbahkan dirinya dengan “komentator olah raga” di berbagai forum olah raga lalu berkomentar bahwa ini tidak bagus dan semestinya begini, harus begitu, dengan cara begini agar lebih ok.. dan seterusnya.

Maaf wahai saudara-saudaraku..
Aku tidak bermaksud dengan hal yang menghalanginya sebagai udzur dan dunia menjadi sempit, sementara dia mencari-cari siapa yang akan membawanya menuju medan jihad. Perkenanlah kami memetik beberapa faedah dari surat At Taubah – semoga Allah menerima taubat kami dan kalian.

Di surat tersebut terdapat makna yang cukup untuk menggerakkan jiwa orang-orang yang duduk dan membangkitkan ‘azm (keinginan yang kuat) untuk berjihad dan membantah berbagai hujjah para mukhodzdzil. Kita mulai dari firman-Nya : “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat”(At-Taubah : 41), apakah kalian mengerti wahai saudaraku bahwa ayat ini ditafsirkan oleh Syekh Abu Tholhah – semoga Allah meridhoinya -, ketika membacanya beliau mengatakan kepada anak-anaknya “aku melihat Robb kita menyuruh kita untuk berangkat, baik tua maupun muda.. Siapkankanlah aku wahai anakku!”. Dan dia – semoga Allah meridhoinya – ikut berperang bersama Rosulullah SAW sampai meninggalnya beliau, dan berperang bersama Abu Bakar sampai meninggalnya Abu Bakar, dan berperang bersama Umar sampai meninggalnya Umar, sementara itu dia tidak melihat udzur bagi dirinya untuk hanya duduk-duduk saja, maka dia pun mengarungi lautan untuk berperang sampai dia meninggal dan tidak ditemukan satu daratan untuk menguburkannya kecuali setelah sembilan hari dan jasadnya tidak berubah sama sekali – semoga Allah merahmatinya. Ibnu Katsir – semoga Allah merahmatinya – menyebutkan perkataan sahabat dan tabi’in dalam menafsirkan ayat “ringan maupun berat”, beliau menyebutkan (kaya dan miskin, sibuk dan tidak sibuk, senang maupun tidak senang, berat dan memiliki keperluan, dalam kondisi susah maupun senang, menunggang kendaraan maupun jalan kaki, kaya dan fakir).

Ayat tersebut tidak mengecualikan seorangpun dan tidak membiarkan satu hujjah pun, dimanakah posisi kita dari orang-orang itu? Kemudian pada ayat selanjutnya Allah berfirman : “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu”(At Taubah : 42). Sekiranya melakukan safar kepada selain jihad, semisal untuk berdagang, mencari keuntungan dunia dan semisalnya, niscaya mereka akan bersegera menuju kepadanya. Lihatlah kondisi kaum muslimin, betapa banyak para pelancong dan betapa banyak para musafir yang menghendaki kesenangan dunia. Langit dipenuhi dengan pesawat-pesawat, laut didesaki dengan kapal-kapal, akan tetapi tidaklah mereka melakukan safar untuk berperang kecuali hanya segelintir saja sementara mereka merasa sangat ketakutan, wallahulmusta’an.

Dan kepada mereka, orang-orang yang mencari-cari udzur dan menjadikannya sebagai alasan untuk duduk-duduk, dan mengedepankan satu kaki dan membelakangkan yang lainnya.
Allah berfirman : “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya”(At Taubah : 44).
Ayat ini menunjukkan secara singkat bahwa tidak ada izin untuk duduk dan tinggal diam dari jihad bagi seorang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rosul-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir karena hati mereka ditimpa dengan kebimbangan dan keraguan.

Sebagian lagi merasa takut dengan berbagai fitnah/ujian dalam perjalanan, sementara itu kami takut mereka terkena firman Allah : “Di antara mereka ada orang yang berkata: ‘Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah’. Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah”(At Taubah : 49).
Fitnah yang besar adalah meninggalkan jihad dan tinggal diam dari berperang, bahkan bisa saja perkataan ini membawa ke Jahanam. “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’. Mereka menjawab: ‘Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)’. Para malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?’. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”(An Nisa’ : 97). Perhatikanlah wahai saudaraku!

Allah azza wa jalla mengecualikan diantara Al Qoidin (orang-orang yang duduk) bagi orang yang memiliki udzur. Allah berfirman : “Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya”(At-Taubah : 91). Allah juga mengecualikan orang-orang yang berusaha mencari jalan untuk berjihad di setiap tempat, akan tetapi ketika tidak memungkinkan bagi mereka untuk berangkat dan setiap jalan di depan mereka ditutup mereka tidak terus kembali menuju rumah mereka dengan merasa senang karena dapat duduk-duduk santai, akan tetapi mata mereka dibanjiri dengan peluh dan mereka merasa sangat sedih karena mereka tidak dapat berangkat untuk berjihad.

Inilah surat dari negri Somalia, negri jihad dan ribath, kepada orang-orang yang menangis karena duduk-duduk mereka. Kami katakan kepada mereka : bergembiralah kalian, telah datang jalan keluar dan pintu diantara pintu-pintu surga telah dibuka di Somalia, dan Somalia menjadi medan orang-orang yang berlomba dan berpacu di jalan Allah. Cepatlah kalian dengan segera. Kemenangan tinggal menanti sesaat lagi. Peperangan melawan penolong koalisi tidak akan pernah dimulai sampai tampak pertanda kemenangan dan banyak kabar gembira. Maka larilah para pasukan koalisi dari darat dan dari laut dengan meninggalkan senjata mereka di belakang mereka sebagai ghonimah untuk mujahidin, dan mereka meninggalkan saudara mereka orang-orang murtad yang terkena hujaman panah mujahidin siang dan malam.

Wahai pasukan Allah di setiap tempat! Kami berjanji kepada kalian bahwa kami akan memanggul panji “laa ilaaha illallah” yang cemerlang dan tidak ada debu padanya, dan kami akan menyemainya dengan darah kami sebagaimana saudara-saudara syuhada’ kami yang telah mendahului. Kami hanyalah pasukan di antara pasukan-pasukan kaum muslimin, kami menolong islam dimanapun tempatnya. Dan syariat islam kami mewajibkan kami untuk menolong kaum muslimin yang berada di Somalia dan jihad melawan penjajah di negri ini juga mewajibkan kami untuk memerangi mereka di setiap negri islam.

Seorang yang berakal tidak akan pernah mengatakan bahwa hukum jihad berubah menurut pembatasan Sykes Pickot, dan jihad tidak akan pernah gugur kewajibannya dari seorang muslim selama negri Palestina masih terjajah, dan tentara salibis merendahkan kaum muslimin di Irak, Afganistan, Chechnya dan seluruh negri kaum muslimin yang dijajah oleh Amerika melalui antek-anteknya, para thogut Arab. Dan Somalia hanyalah salah satu parit diantara parit-parit kaum muslimin, tidak diperkenankan bagi seorang muslim untuk tinggal diam darinya selama dia mampu untuk menuju kesana.

Jihad kami akan terus berjalan dengan izin Allah azza wa jalla, kami tidak akan terganggu dengan orang yang menyelisihi kami dan tidak juga orang yang menelantarkan kami, sampai kalian melihat kemuliaan dan kekuasaan pada umat kami, atau kami menemui Allah azza wa jalla dalam kondisi menghadap dan tidak mundur.

Dan penutup doa kami ialah: “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar