Jumat, 03 Desember 2010

Pemindahan Dana Korupsi Gemparkan Afghanistan


Warga Afghanistan nampak berdesakan di sebuah kantor pembayaran pajak di kabul, Afghanistan. Menurut bocoran situs WikiLeaks, mantan pejabat negara itu pernah membawa uang sebesar $52 juta menuju Dubai. (Foto: LIFE)
KABUL (Berita SuaraMedia) – Korupsi di Afghanistan yang merajalela – ditambah dengan ketidakberdayaan AS melakukan tindakan apa pun terhadap hal itu – dibongkar oleh sejumlah telegram diplomatik rahasia yang menyangkut soal elit penguasa negara tersebut. Dalam sebuah kejadian yang mengejutkan pada Oktober 2009, Ahmad Zia Massoud yang kala itu menjabat wakil presiden Afghanistan, dihentikan dan ditanyai di Dubai, saat ia terbang ke emirat dengan membawa serta uang tunai $52 juta, menurut sebuah laporan diplomatik.
Massoud, adik laki-laki dari pemimpin legendaris melawan penjajahan Uni Soviet, Ahmad Shah Massoud, ditahan aparat dari AS dan Uni Emirat Arab saat mencoba menghentikan kejahatan pencucian uang.
Akan tetapi, sang wakil presiden diperbolehkan melanjutkan perjalanan tanpa menjelaskan dari mana asal uang tersebut.
Telegram yang dikirimkan oleh duta besar Karl Eikenberry tersebut menjabarkan besarnya skala pemindahan uang dari Afghanistan, sering kali dalam bentuk uang tunai yang dibawa dalam penerbangan dari Kabul ke Uni Emirat Arab.
"Dana tunai dalam jumlah besar datang dan pergi dari negara itu setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahun. Sebelum pemilihan (presiden) 20 Agustus, dilaporkan ada penaikan dana dari sistem perbankan sejumlah $600 juta, akan tetapi, dalam beberapa bulan terakhir dilakukan penarikan $200 juta," demikian isi telegram tersebut.
Para kurir kabarnya biasanya membawa uang di atas Pamir Airlines, perusahaan maskapai penerbangan yang dimiliki secara gabungan oleh Kabul Bank dan sejumlah tokoh berpengaruh seperti Mahmoud Karzai, salah satu saudara laki-laki presiden, serta Mohammad Fahim, seorang penguasa wilayah Tajik yang menjadi pasangan Hamid Karzai sebagai wakil presiden dalam pemilihan Agustus 2009.
Telegram tersebut mencatat bahwa pengiriman uang ke luar negeri semakin didorong oleh fakta bahwa para pengedar obat terlarang, para pejabat korup, dan para pengusaha ilegal tidak mendapat keuntungan jika menyimpan dana jutaan dolar di Afghanistan, oleh karena itu mereka memindahkannya dalam bentuk rekening dan investasi di luar Afghanistan.
Tokoh ternama Afghanistan lain yang terlibat dalam upaya menimbun kekayaan di Dubai adalah Sher Khan Farnood, pemimpin Bank Kabul yang dikecam musim panas ini setelah pinjaman-pinjaman korupnya di bank hampir meruntuhkan sistem keuangan Afghanistan yang rapuh.
Dokumen itu menyebutkan bahwa Farnood yang dikenal gemar mengikuti turnamen poker internasional dengan taruhan tinggi memiliki 39 properti di Palm Jumeirah, sebuah kawasan semenanjung mewah buatan manusia di Dubai.
Telegram itu menambahkan, "Banyak tokoh ternama dan pejabat pemerintahan lain yang mengelola aset (utamanya dalam bentuk properti) di luar Afghanistan, ini mengindikasikan bahwa mereka mengirimkan harta kekayaan sebanyak mungkin saat keadaan memungkinkan."
Dua telegram lain memberikan rincian mengenai pengiriman kekayaan yang melibatkan para gubernur provinsi-provinsi kunci di timur Afghanistan, Gubernur Ghazni Usman Usmani, dan Gubernur Paktiya Juma Khan Hamdard. Mereka dituding melakukan korupsi, pencurian uang rakyat, serta sering memeras para kontraktor pembangun.
"Sejumlah sumber yang dapat dipercaya menyatakan bahwa sejumlah pejabat pemerintah paling senior di Provinsi Ghazni terlibat korupsi besar-besaran. Mereka menggelapkan dana masyarakat, mencuri bantuan kemanusiaan, serta menyalahgunakan properti pemerintah, di antara kejahatan lainnya," demikian disebutkan dalam salah satu telegram, menarik kesimpulan pada wawancara dengan banyak pejabat pemerintah dan warga negara lain.
"Tuduhan yang luas dan terus-menerus memunculkan kecurigaan bahwa korupsi menghentikan layanan pemerintah dan mengurangi dukungan untuk pemerintah Afghanistan," tambah telegram tersebut.
Di Paktiya, Hamdard diduga menerima suap dari para kontraktor dengan mengirimkan pasukan bersenjata yang menahan para kontraktor di tempat kerja mereka hingga mereka membayar.
"Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam kasus itu mengindikasikan korupsi yang melibatkan dana dari AS dan secara aktif merusak kebijakan antipemberontakan pemerintah Afghanistan," tambah telegram itu.

dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar