Jumat, 03 Desember 2010

Bagaimana Konsep Penghormatan Barat – Islam di Mata Muslim?

WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Sekitar setengah dari Muslim yang disurvei di seluruh dunia percaya Barat tidak menghormati mereka, menurut sebuah laporan Gallup, dan banyak yang mengatakan tidak menodai Al-Qur'an dan menggambarkan lebih "akurat" para karakter film Muslim dapat meningkatkan sebuah hubungan yang menengang.
Penemuan tersebut adalah bagian dari sebuah laporan tentang "Mengukur Hubungan Muslim-Barat," yang dirilis pada Rabu (1/12) waktu setempat di markas besar Gallup di Washington.
"Kami juga menemukan bahwa konsep menghormati tersebut …  sekarang memasukkan persepsi keadilan dalam kebijakan, tidak secara kebudayaan hanya bahasa yang sensitif," kata Dalia Mogahed, direktur eksekutif dari Pusat Gallup untuk Studi Muslim.
54 persen dari Muslim mengatakan diperlakukan dengan adil dalam kebijakan-kebijakn yang secara langsung mempengaruhi mereka adalah sebuah demonstrasi rasa hormat yang sangat berarti.
Mogahed mengatakan bahwa "kebijakan-kebijakan" tersebut tidak terdefinisi dalam laporan baru tersebut, namun studi Gallup pada masa silam telah menemukan bahwa para responden tertentu khawatir tentang konflik Israel-Pelestina dan perang AS di Irak dan Afghanistan.
Hampir tiga perempat Muslim yang disurvei mengatakan bahwa rasa hormat untuk Al-Qur'an dan lambang keagamaan lainnya akan sangat membantu. Sekitar setengahnya ingin melihat Muslim digambarkan dengan lebih akurat oleh Hollywood.
Para peneliti menemukan bahwa orang-orang dari seluruh dunia – dari AS sampai Sub- Sahara Afrika – pecaya bahwa ketegangan antara negara-negara Muslim dan Barat sebagian besar tidak dapat dihindarkan.
"Hal ini, terutama benar di antara orang-orang yang memandang konflik tersebut sebagai politik dalam alam," Mogahed mengatakan, "Daripada disebabkan oleh perbedaan beragama."
Dalam sebagian besar negara yang disurvei, orang-orang mengatakan bahwa interaksi yang lebih besar antara Muslim dan Barat adalah sebuah keuntungan dari pada sebuah ancaman. Di AS, 76 persen individu memandang interaksi semacam itu sebagai menguntungkan, dibandingkan dengan 63 persen Iran.
Para peneliti Gallup mengelompokkan para individu yang "siap" atau "tidak siap" untuk keterlibatan Muslim-Barat berdasar pada sikap mereka tentang komitmen pada hubungan semacam ini, begitu juga sebagai persepsi menghormati dan konflik di masa mendatang.

Para peneliti mengatakan bahwa agama memainkan sebuah peranan kunci dalam kesiapan.
"Untuk Indvidu 'tidak siap,' tanpa memandang apakah mereka tingal bersama di  masyarakat mayoritas Muslim atau Barat, agama adalah faktor yang paling memungkinkan untuk disebutkan ketika berada pada akar ketegangan Muslim-Barat," laporan tersebut menyebutkan dalam ringkasan eksekutifnya.
Laporan tersebutmendetekdi sebuah paradoks antara dua sisi: orang-orang dalam masyarakat mayoritas Muslim yang dianggap "siap," dan mereka di Barat yang "tidak siap", keduanya lebih memungkinkan untuk menghadiri layanan keagamaan pada pekan lalu.
Penemuan tersebut didasarkan pada wawancara dengan lebih dari 100.000 orang di lebih dari 55 negara antara Maret 2008 dan Mei 2010. (ppt/clv) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar